Jumat, 26 Oktober 2012

FF Freelance - Another You (Oneshoot)



 Title:
FF Freelance – Another You (Oneshoot)

Author: Park Yooyeon a.k.a EL (@im_elxD)

Main Casts:
- Park Yooyeon (Author, You) Covered by Lee Ahreum (T-Ara)
- Byun Baekhyun (EXO-K)
- Oh Sehun (EXO-K)

Genre:
Fluff, sad, romance

Length:
Oneshoot

Rating:
 PG-13

Summary:
Even I found the another you, I wouldn’t forget you.’

Note:
* FF ini tidak memplagiat FF manapun. Jika ada kesamaan cerita, judul, alur cerita dan inspirasi, itu adalah hanya ketidaksengajaan belaka. Hem *batuk*.
* Juga, mungkin akan banya kegaje-an cerita serta ke-typo-an author kumat. Huehek *batuk berdahak*.
* Lagi, para main casts selain ‘Park Yooyeon’ adalah milik saya Tuhan serta orangtuanya.
* Jangan lupa RCL, memberikan Oxygen kepada author freelance seperti saya, biar semangat nulis ff selanjutnya ^^v
* No plagiating please ? Well, aku tahu kalau alur ceritanya mungkin akan gaje. Tapi aku juga gak mau kalau ada yang plagiat. Soalnya salah satu author tetap kesukaanku nulis ff mati-matian. Author kesukaanku nulis ff yang ber-chapter butuh setengah tahunan, sedangkan para plagiator dengan mudahnya meng-copy paste dan mengganti seluruh cast-nya. Emosi engga ?
* SILAHKAN MEMBACA, MAAF BACOTANNYA KEBANYAKAN. HUEHEHE~


***


“Sehun-ah” Panggil seorang gadis kepada lelaki dihadapannya.

“Eum ?” Jawab lelaki itu tanpa mengalihkan pemandangannya dari sebuah buku berwarna putih dan cream. Buku itu lumayan tebal, ia menulisi buku itu dengan pensilnya.

Gadis itu tersenyum melihat jawaban lelaki dihadapannya. “Tidak, aku mencintaimu” Ujar gadis itu santai.

Sontak, lelaki itu langsung memandangnya bingung. Namun, tak lama kemudian ia tersenyum dan tekekeh kecil, “Oh, aku juga.”


***


Author POV


Seorang gadis sedang duduk memeluk lututnya. Memandang keluar sebuah jendela yang penuh rintik-rintik hujan. Tetesan air matanya juga seirama dengan kenangannya yang ia simpan di tempat kecilnya yang bernama hati.

Gadis itu lalu terisak kecil, lalu membenamkan seluruh wajahnya dalam pelukan lututnya. Ia menangis mengingat itu semua. Lelaki yang selalu menemaninya dalam suka maupun duka. Disebelahnya ada buku berwarna putih dan cream. Didepan buku itu, tertera foto lelaki itu dan dirinya yang tengah tertawa bahagia dibawah pohon apel.

Ia lalu mengambil buku itu. Ia membuka halaman pertamanya yang terdapat foto dirinya dan lelaki itu tengah menulis dengan serius. Lelaki itu memeluk sebuah gitar dan gadis itu sedang menulis di sebuah kertas yang hampir penuh dengan not-not lagu. Ia melihat catatan kecil yang menempel dibawahnya. Membacanya pelan dan tersenyum dengan air matanya yang sudah menggenang.

Hari ini aku dan Yooyeon sedang menciptakan lagu baru! Lagu ini adalah lagu ballad yang penuh cinta untuk Yooyeon-ku tersayang. Kkk ~’ By: Sehun.

Tulisan Hangeul yang ia kenal itu tertera disana. Tulisan Hangeul yang sangat rapid an.. Penuh rasa. Ia bahkan sangat mengenal tulisan Hangeul itu. Entah bagaimana cara mengekspresikan atau menjelaskan rasa tulisan itu, hanya dialah yang tahu.

Gadis yang disebut Yooyeon itu langsung menutup bukunya pelan. Air matanya mengalir begitu saja dengan deras. Gadis itu mengigit bibir bawahnya untuk menahan isakannya. Tatapan matanya kosong. Tak ada yang mencuri perhatiannya sampai ia melihat gitar berwarna cokelat, gitar Sehun.

Ia berdiri lalu berjalan meraih gitar itu. Ia duduk di sebuah bangku dan memetik gitar itu pelan. Menyanyikan sebuah lagu ballad pertamanya yang ia buat dengan Sehun, mantan kekasihnya.

As if I was reborn as a child who doesn’t know anything
I thought it was a dream so I closed my eyes and opened them again
I am standing in front of you as if I was praying
I want to walk side by side with you at least once
Just once

I ride the soft wind into your world
I go right next to you and you ask where I came from
You asked me so innocently so I answered that it is a secret
Because if we just walk together like this
Wherever you go, it’ll be heaven.

Gadis itu menyanyikan lagu itu sambil memejamkan matanya sambil tersenyum getir. Ia tak kuasa menahan air matanya . Air matanya pun jatuh dari mata indahnya. Ia tidak bisa menahan air mata itu lagi. Pertahanannya roboh dan air matanya sedari tadi sudah memaksa keluar. Setelah lagu itu selesai, ia menatap langit-langit kamarnya. Kamarnya yang bernuansa putih yang merupakan warna kesukaannya.

“Sehun-ah” Panggilnya pelan dan tersenyum kecil.

“Maafkan aku telah menangisi dirimu lagi. Aku tahu kau pasti sedih dengan keadaanku ini. Mianhae..” Lanjutnya pelan dan menundukkan wajahnya seolah-olah ia sedang berbicara dengan seorang Sehun.

“Besok aku akan mengunjungimu” Gumamnya pelan. Dan lebih tepatnya, ia berbisik.


***


Yooyeon POV

Hari ini aku keluar dari apartemenku dengan mata yang bengkak dan sembab. Tentu saja karena menangisi nya lagi. Heh, aku bodoh sekali bukan?

Aku mengunci pintu apartemenku lalu berjalan keluar. Memasukkan tanganku kedalam saku jaketku untuk menahan rasa dingin yang menusukku di bulan Desember kota Seoul. Yap, musim yang dingin bagi warga kota Seoul, musim salju.

Ketika aku keluar dari gedung apartemenku, kulihat semua kota bernuansa putih dan langit hari ini lebih cerah daripada yang kemarin. Salju menumpuk dengan tebalnya dimana-mana menghias jalanan kota Seoul yang ramai.

Aku berjalan santai dan melihat pemandangan di pagi ini. Anak-anak kecil yang tengah bermain perang salju, pasangan-pasangan yang dengan romantisnya menyuapkan makanan kepada pasangannya. Dan, musim ini adalah musim favoritnya. Favorit Sehun.

Aku berhenti melangkahkan kakiku. Tak lama kemudian aku terkekeh kecil. Kenapa aku selalu mengingatnya? Bahkan, aku tidak bisa melupakan hal-hal kecil tentang dirinya, batinku.

Aku lalu berjalan dan berhenti lagi melihat sebuah took bunga yang cukup ramai. Nama bunga itu adalah “December Flowers”. Aku lalu mendorongpintu masuk itu yang terbuat dari kayu dan masuk kedalam. Lonceng kecil diatas pintu itu bordering sekali karena aku mendorong pintu itu. Lonceng kecil itu berguna untuk member tahu kepada sang pemilik bahwa ada pembeli yang datang.

“Selamat siang agasshi !” Sapa seorang pekerja wanita paruh baya di toko itu ramah kepadaku, akupun hanya mengulum sebuah senyum hangatku kepadanya.
“Apakah ada buket bunga tulip yang berwarna pink?” Tanyaku ramah kepada pekerja itu.

Pramuniaga itu terlihat berpikir keras dengan menopang dagunya dengan jari telunjuknya. Lalu sejurus kemudian, ia sepertinya mengingat sesuatu. Ahjumma ini tampak bingung dimana letak buket bunga tulip. Mungkin? Karena toko itu sesak sekali karena penuh dengan bunga, tetapi rasa sesak itu hilang karena adanya harum bunga yang segar dan wangi.

Oh ! Ada agasshi ! Mari, ikuti saya” Ajak pekerja itu ramah.

Akupun berjalan dibelakang mengikuti pekerja itu. Ia lalu memberikanku sebuket bunga tulip yang berwarna pink dan masih segar. Aku lalu menghirup pelan bunga tulip itu. Bau bunga yang khas itu mengingatkanku padanya lagi.

“Terima kasih ahjumma” Ujarku kepadanya lalu berjalan menuju meja kasir dan membayar bunga tulip ini.

Akupun berjalan keluar dari toko itu sambil memeluk sebuket bunga tulip yang berwarna pink dan masih segar itu.

“Hati-hati dijalan agasshi !” Seru ahjumma itu kepadaku dan tersenyum hangat kepadaku.
Arraseo ! Gomawo ahjumma !” Seruku dari luar toko dan melambai-lambai tanganku pelan kepadanya.

Aku melanjutkan berjalan masih dengan memeluk buket bunga tulipku sambil mengulas sebuah senyuman. Lalu akupun menaggil sebuah taksi untuk mengantarku kesuatu tempat. Taksi itupun berhenti dan mempersilahkanku masuk.

“Selamat siang, agasshi. Anda mau kemana?” Tanya supir taksi itu menoleh kepadaku sambil memperlihatkan sebuah senyuman hangatnya. Warga kota Seoul memang sangat ramah, eoh?
Seoul Graveyard”Jawabku singkat lalu tersenyum tipis.
Nde, arraseo.” Jawab supir itu lalu menjalankan mobilnya.

***


Kamsahamnida”Kataku sambil membungkuk 90 derajat dan memberikan uang tarif dari taksi itu kepada ahjussi  yang merupakan supir taksi itu.

Nde, cheonmaneyo” Jawab supir itu sambil mengambil uang tarif yang kuberikan tadi lalu melaju dengan mobil taksinya dan lama-kelamaan menghilang.

AKu memasuki kawasan kuburan di Seoul itu. Aku berjalan menelusuri batu nisan yang tertulis namanya. Sebenarnya, aku sudah hafal betul dimana letak makan Sehun. Tetapi, aku rasanya ingin melihat-lihat dan berjalan santai menuju makam Sehun.

Ketika aku hampir sampai di makam Sehun, kulihat ada seorang lelaki yang sebaya dengan Sehun dan diriku. Dia berdiri sambil memeluk bunga tulip yang berwarna ungu. Jenis bunga kami sama tetapi yang membedakan adalah warnanya.

Kulihat raut wajah sedih diwajah lelaki itu. Aku tidak bisa melihat jelas wajah lelaki itu secara detail, tetapi terlihat dari raut wajahnya. Aku lalu berjalan menuju makam Sehun yang sempat terhenti. Aku langsung berdiri disebelah lelaki itu, sementara lelaki itu terdiam bingung melihatku. Aku tersenyum tipis lalu menaruh buket bunga tulip yang kubeli tadi dimakam Sehun lalu mengelus batu nisannya pelan dan lembut.

N-nugu?”Tanya namja tinggi itu kepadaku.

Ah..” Gumamku lalu medongkakkan kepalaku keatas. Ya, karena tinggi kami yang hampir terpaut jauh.

Oh ! Park Yooyeon imnida. Kau bisa memanggilku ‘Yooyeon’.” Lanjutku lalu tersenyum.

“Aah, Yooyeon-ssi? Aku Byun Baekhyun, sahabat Sehun.” Ujarnya lalu membalas senyumanku lembut.

Aku terkikik pelan dan berkata, “Sehun sering bercerita tentangmu.”

“Begitupula sebaliknya. Ia sering bercerita tentangmu juga.” Balasnya dan tertawa.

Aku kembali terkekeh pelan dan melirik batu nisan Sehun. Terdapat banyak rerumputan liar yang lumayan panjang. Aku segera berjongkok dan mencabut rerumputan itu.

Kurasakan Baekhyun berjongkok juga di sebelahku, akupun meliriknya penuh tanda tangan dan dengan wajah polos.

Merasa mengerti dengan pertanyaanku ia segera membuka mulutnya, “Aku bantu ne?”Tawarnya ramah.

Aku menganggukan kepalaku sekilas dan tersenyum kikuk dan melanjutkan aktifitasku mencabut rumput tumput liat di makam Sehun.

Setelah 15 menit kira-kira aku dan Baekhyun mencabut rerumputan liar itu, kami hendak berjalan kesebuah café yang letaknya tidak terlalu jauh dari makam Sehun. Setelah aku dan Baekhyun sampai, kami duduk disebuah tempat duduk khusus 2 orang dan seorang pelayan datang dan melayani kami dengan ramah.

Annyeong ~  Waah, Yooyeon! Kau mau memesan apa?” Tanya pelayan itu yang bernama Taeyeon eonnie itu. Yap, selain keseringan mengunjungi Sehun aku juga sering ke café ini sampai-sampai aku mengenal Taeyeon eonni  yang telah bekerja di café ini selama 2 tahun.

“Baekhyun-ssi, kau mau memesan apa?” Ujarku kepada Baekhyun yang tengah membolak-balikkan buku menu itu.

“Eungg, Caramel Ice Blended-nya satu.” Jawabnya lalu tersenyum kepadaku penuh aegyo.

Jinjjayo?  Kau suka caramel?” Tanyaku lalu mengerjapkan mataku berkali-kali polos.

“Yup. Waeyo?” Jawabnya polos. Ughh, dia memang full aegyo.

Jinjja? AKu juga suka sekali caramel ^^! Hey, kenapa kau full aegyo sekali sih?” Kataku lalu menggembungkan pipiku.

Err, kurasa kalian tidak melupakanku?” Tanya Taeyeon eonnie. Oh, ya ampun! Aku sampai melupakan Taengo eonnie.

“Ehehe, mianhae unn ~ Caramel Ice Blended-nya 2, eoh?”Ujarku kikuk dan tersenyum penuh aegyo kepadanya.

Arraseo ~ Pesanan kalian akan datang secepatnya !” Ujar Taeyeon eonni semangat lalu berjalan pergi.

Aku dan Baekhyun hanya diam. Aku memandang keluar jendela, melihat pemandangan gunung dan cerahnya hari ini. Yap, di makam Sehun memang terdapat gunung-gunung. Fuwah, membuat mood orang lain senang ketika melihatnya.

“Oh ya, tadi kudengar kau memanggilku dengan embel-embel ‘-ssi’?”

Aku mengalihkan pemandanganku dan melihat Baekhyun dengan polosnya, “Oh, ne. Waeyo ?” Jawabku polos.

“Ahaha, aniyo. Hanya saja, bisakah kau memanggilku dengan embel-embel ‘-ah’ atau hanya ‘Baekhyun’ saja?” Ucapnya lalu tersenyum simpul membuatku menarik kedua sudut ujung bibirku juga.

Arraseo, Baekhyun-ah,

Tak lama kemudian, Taeyeon eonni datang mengantarkan Caramel Ice Blended itu. Taeyeon eonni menaruh caramel ice blended itu di meja kami. Aku melontarkan senyum manis kepada Taeyeon eonni dan Taeyeon eonni membalas senyumanku.

Taeyeon eonni pun meninggalkan kami. Kulihat Baekhyun langsung mengambil caramel ice blended itu. Baekhyun menyeruputnya dengan semangat membuatku terkekeh kecil.

Waeyo?” Tanyanya cemberut dengan bibirnya yang sedikit dimajukan.

“Eungg, aniyo~ kau terlihat lucu disaat meminum itu,” Jelasku padanya sambil menahan kekehan kecilku.

Ish, sudahlah. Cepat minum atau nanti esnya meleleh,” Ujarnya lalu berpura-pura marah dan meminum minumannya lagi.

Aku yang menyadarinya bahwa dia pura-pura marah langsung ber-aegyo ria kepadanya, “Arraseo, jangan marah ne~?” Pintaku lalu bepuppy eyes ria kepadanya.

Dia mendengus pelan lalu menganggukan kepalanya. Aku kembali mengulas sebuah senyuman dan berkata pelan, “Gomapta.


***


Baekhyun Pov

Sudah berbulan-bulan aku menjalani hari-hariku dengan Yooyeon bersama. Ternyata, dia memang anak yang polos, lucu, dan menyenangkan. Belum lagi disetiap ia tertawa dan tersenyum terdapat lekukan dikedua matanya yang indah. Neomu yeppeo.. (baca: eyesmile) dank arena itulah aku mengerti mengapa Sehun uka sekali bercerita tentangnya dan tentunya.. mencintainya.

“Bacon-ah !” Teriaknya kepadaku yang tengah melamun/

Ne ?” Tanyaku sambil berlari pelan menghampirinya yang tengah mengelus-elus seekor anjing berwarna cokelat yang menggemaskan.

“Lihat~ Bonggu lucu bukan?” Ujarnya lalu menggendong anjiong kecil itu dan memeluknya erat penuh kasih sayang.

Yup, lucu sepertimu ~” Ucapku lalu mencubit pipi kirinya kencang karena dia sangat menggemaskan.

Ya! Bacon! Sudah berapa kali kubilang jangan mencubit pipiku!” Protesnya lalu menggembungkan kedua pipinya yang chubby itu tanda ia sedang marah.

Arra. Arraseo,” Aku ku pelan dan mengalah.

“Nih, balasannya~!” Pekiknya pelan lalu mencubit pipi kananku dengan kedua tangannya kencang.

Ya! Appo!” Erangku kepadanya yang tengah tersenyum kemenangan.

“Siapa suruh kau mencubitku duluan?” Tanyanya dan tersenyum manis kepadaku.

Aish.. MEHRONG!”  Pekikku lalu menjulurkan lidahku panjang.

MEH..RONG?!” Balasnya dan menjulurkan lidahnya tak kalah panjang dariku.

MEHRONGGGGGGGGGG~”  Teriakku tidak mau kalah darinya.

Dia terlihat menatapku tajam sambil memajukan bibirnya, ”Omo, mwoya ?” Tanyanya geram dan gemas.

“Lihatlah matamu! Apakah kau berbicara denganku sambil tertidur? Kyahahaha,” Tawaku sambil mengacungkan jari telunjukku dan menunjuknya.

“Lihat saja nanti kau, Bacon” Ucapnya penuh dengan death glare sambil mengacungkan jari tengahnya.

“E-eh.. Jangan marah ya~?” Pintaku lalu berpuppy eyes kepadanya. Dia terlihat menahan rasa gemasnya, dia tersenyum kegelian. Oh, aku tahu apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Pasti dia akan mencubit kedua pipiku yang super chubby dan tak kalah chubby-nya dari pipinya.

Neomu kyeopta! Baiklah, kau kumaafkan!” Dia berkata lalu mencubit kedua pipiku penuh kegemasan.

Oh, hey. Aku benar kan ?

Appoyo!”  Teriakku untuk yang kedua kalinya.

Dia hanya tertawa lalu berlari meninggalkanku, dan Bonggu masih dalam pelukannya. Aku lalu mengejarnya, aku tahu pasti dia akan tertangkap olehku. Oh ayolah, aku selali juara di tingkat olahraga apalagi dibidang berlari. Coba tebak saja, apakah aku akan kalah?


***


Ahjumma, aku pesan dua tteokbokki, eoh?” Pesan Yooyeon kepada seorang ahjumma yang tengah menjual tteokbokkinya disebuah stand kecil.

Ne, agasshi. Akan kuantar secepatnya” Jawab ahjumma itu ramah kepada Yooyeon.

Yooyeon langsung tampak mengambil sesuatu ditasnya, “Ah, igeo..

“Hey, kenapa tak kau bilang bahwa kau akan membayarnya? Sudah, aku saja yang membayarnya,” Sergahku cepat.

Aniyo! Kali ini aku akan membalas budiku,” Tolaknya lalu mengembungkan pipinya. Aku hanya mengangkat bahuku lalu tersenyum simpul kepadanya.

Agassi.. uangnya kelebihan” Ujar ahjumma itu.

“Tak apa. Itu untuk ahjumma ^^” Jelas Yooyeon lalu tersenyum kikuk dan manis.

Kamsahamnida,” Jawab ahjumma itu singkat lalu berjalan masuk kedalam untuk membuat dua tteokbokki pesanan kami.

Aku dan Yooyeon langsung mengambil sebuah tempat duduk yang telah disediakan distand itu lalu duduk manis disana.

“Hey,” Panggilku kepada Yooyeon yang tenagh sibuk dengan iPhone-nya.

“Eung? Waeyo?” Tanyanya dan menatapku penuh tanda tanya.

“Kenapa kau baik sekali, sih?” Ejekku lalu mengacak-acak rambutnya gemas.

Aishh, tentu saja karena aku adalah Angel yang jatuh dari surga~” Jelasnya sambil berpose disela-sela aku mengacak rambutnya.

“Hahaha, babo!” Seruku pelan dan melepaskan acakkanku kepada rambutnya dan tertawa.

Ya!” Pekiknya marah sambil memajukan bibirnya.

“Naah, pesanan datang. Tteokbokki dua dan bonus jjangmyun jumbo satu porsi, selamat menikmati kencan kalian~” Ujar ahjumma tadi tiba-tiba datang dan memberikan pesanan kami. Padahal aku sudah hampir meneteskan air liurku*?* tapi tidak jadi karena ucapan ahjumma tadi. Pa-pasangan?

“EH?!” Bingungku dengan Yooyeon bersamaan.

Eoh? Aku benar bukan?” Tanya ahjumma itu polos.

A-aniyo ahjumma! Ka-kami hanya sebatas sahabat!” Elak Yooyeon cepat dan melambailmabai tangannya tanda ‘tidak’. Wajahnya sudah semerah kepiting rebus.

Jeongmalyo? Aku kira kalian berpasangan,” Jawab ahjumma itu lalu tertawa kikuk.

Mianhae, tetapi kalian masih bisa mengambil jjangmyun jumbo itu, permisi ^^” Lanjut ahjumma itu lalu berjalan pergi.

Aku sedari tadi menundukkan kepalaku malu. Te-tentu saja! Karena aku menyukainya.. Dan, ketika kulirik Yooyeon terlihat semburat merah dipipinya. Akupun segera meraih satu tteokbokki itu dan membuatnya tersadar dari lamunanya. Mungkin?

Baiklah, dia tersadar dari lamunannya dan menatapku bingung dengan dua semburat merah yang err.. cute? Apakah sebaiknya aku yang membuka pembicaraan dulu?

Ya! Apakau kah mau tteokbokki kesukaanmu itu mendingin?” Tanyaku tanpa mengalihkan perhatian dari tteokbokki yang panas itu.

“A-aku.. Baiklah! Jjangmyun itu nanti kita makan bersama setelah selesai memakan tteokbokki ini, eoh?” Usulnya lalu mengambil sumpit dan sendok. Aku tersenyum simpul membayangkan bahwa diriku adalah Sehun. Betapa beruntungnya memiliki yeoja seperti dia.

“Mm.. Ppali, cepat dimakan!”

Ne, ne. Kau tidak lihat kalau aku sedang mengambil sendok dan sumpit?” Katanya lalu menggembungkan pipinya.

Tak lama kemudian, tteokbokki kami habis. Yooyeon langsung mengambil jjangmyun itu membuatku menatapnya tajam. Ia hanya bisa tertawa pelan.

Arraseo, aku akan membangikannya untukmu,” Katanya lalu mengambil sebuah mangkuk kecil dan memindahkan beberapa jjangmyun itu.

Setelah selesai, ia memberikan mangkuk jjangmyun yang besar itu kepadaku. Aku menatapnya bingung. ‘Hei, apa sebanyak ini untukku?’ Batinku.

“Hmp, aku sudah lumayan kenyang,” Jawabnya seolah-olah bisa membaca pikiranku.

Aku membelalakkan mataku layaknya orang bodoh*?*. Mengapa ia bisa membaca pikiranku? Telepati? Ah, menyeramkan jika ia bisa bertelepati.

Mwo? Bertelepati? AKu takkan bisa babo!” Elaknya lalu mengerucutkan kedua bibirnya yang berwarna pink itu.

Sekali lagi, aku hanya bisa membelalakkan mataku lalu menggeleng sambil mengangkat kedua bahuku.


***


Yooyeon Pov

Setelah makan dan bermain seharian, aku dan Baekhyun mengunjungi suatu tempat yang indah tempat dulu aku dan Sehun sering pergi. Tempat itu adalah suatu bukit kecil namun tinggi dan jarang didatangi banyak orang. Tempat yang dulu sering kukunjungi bersama Sehun. Kau pasti akan menyukai pemandangannya karena kau bisa melihat seluruh seluk-beluk kota Seoul dari atas sini. Belum lagi, kau bisa melihat matahari tenggelam dan setelah itu bisa melihat dengan jelas bintang-bintang yang bercahaya menghiasi langit malam bersama bulan.

Aku dan Baekhyun menidurkan diri diatas rumput bukit tinggi yang terurus itu. Aneh, tempat ini sepi tetapi tumbuh-tumbuhannya terawat.  Sangat terawat, malah.

Baekhyun sudah sering kuajak kesini dan dia sangat menikmatinya. Baekhyun merebahkan dirinya disebelahku dan menutup matanya sambil tersenyum.

Aku yang melihatnya pun menarik sudut kedua ujung bibirku. Lalu aku mengambil earphone dari tasku dan memasukkannya kedalam telingaku. Mendengarkan lagu kenang-kenangan yang amat disukai olehku dan Sehun.

“Bacon-ah, kau mau?” Tawarku kepadanya.

Dia langsung menoleh dan mengambil sebelah earphone-ku, “Gomawo,”

Aku hanya tersenyum lalu menutup mataku. Lirik-lirik ini didalam lagu ini sangat indah.

Umkyeo jwin maeumi jakku sae eonaga
Oh sumgyebogo gamchwodo modu heulleonaga oh
Daheul su eobtneun neorul bomyeonseo
Nae jageun geurim jado deul kilkka seumeoseo

Ph nan tteollineun georeumeul josimhi dagaga bwa
Oh nan deo gakkai galsurog eotjeonji duryeowo jyeo
Niga meoreo jilkka

One, two nae mami
Three, four sumgyeori
Five, six onmomi neoman bomyeo georeo

“Mm, lagu apa ini?”

“Dengarkan saja. Nanti akan kuberitahu” Jawabku santai sambil mengalihkan pemandanganku untuk menutup wajahku yang tiba-tiba memerah.

Ya, aku sudah menyukai Baekhyun. Ta-tapi, aku juga masih bimbang. Aku telah berjanji kepada Sehun untuk tidak berpaling darinya. Ugh, bagaimana ini? Perasaanku selalu membuncah dan meledak bahagia ketika tangan lentik nan lembutnya menyentuhku.

Kami mendengarkan lagu ini sambil tersenyum. Akupun mulai bersikap santai dan biasa. Tak lama kemudian matahari pun mulai terbenam. Aku dan Baekhyun melihat pemandangan indah itu mulai dari awal sampai akhir dan matahari itupun tak terlihat lagi.

Langit sudah mulai gelap dan kami masih merebahkan diri diatas bukit tinggi itu. Kulihat dilangit banyak bintang-bintang bertaburan dengan indahnya.

Biasanya tak banyak bintang akhir-akhir ini. Namun yang membuatku kaget adalah aku melihat bintang jatuh yang indah. Aku langsung mendudukkan diriku yang membuat Baekhyun bingung. Aku melipatkan kedua jariku lalu berdoa dan menutup mataku.

Aku bergumam pelan, ‘Tuhan, aku begitu mencintai Baekhyun maupun Sehun. Aku sudah berjanji kepada Sehun untuk tidak berpaling darinya. Menyukai Baekhyun apakah dosa besar untukku?

Aku langsung membuka kedua mataku. Entah kenapa ada perasaan sesak yang tiba-tiba didadaku. Otakku mulai dirasuki kenang-kenanganku bersama Sehun. Air mataku sudah mulai menggenang, mengingat kenang-kenangan itu dan lirik lagu ini yang menambah ingatanku dengan Sehun.

Baekhyun yang sedari tadi sudah duduk dan menatapku intens. Aku menggelengkan kepalaku pelan dan langsung berhamburan memeluknya erat, layaknya aku dan dirinya sudah tidak bertemu dengan masa waktu yang lama.

Baekhyun terlonjak kaget awalnya, tak lama kemudian ia menepuk-nepukkan tangannya kepada punggungku lembut. Aku terisak lebih kencang dan menangis di dadanya yang bidang sambil lebih mengeratkan pelukanku.

“Hei, uljima..

Arraseo.. Oh ya, kau bertanya apa judul lagu tadi bukan?”

Ng.. Ne. Apa judulnya?” Tutur pelan dan lembut. Suara khasnya.

Baby Steps,” Balasku lalu menghapus air mataku dan tersenyum kepadanya.

Ia membalas senyumanku layaknya seorang ‘angel’ membuat hatiku selalu nyaman bersamanya. “Ooh, dulu Sehun selalu menyanyikan lagu itu padahal..”

Aku mengerutkan keningku bingung dan menebaknya iseng, “Kau tidak menyukainya?”

Ah, ye. Mian,” Tukasnya kikuk lalu menggarung kepalanya.

Gwaenchana, semua orang mempunyai seleranya sendiri dalam memilih sesuatu, arrachi?” Kataku lalu tersenyum untuk kesekian kali dan mencubit hidungnya gemas.

Ia memajukan bibirnya dan tersenyum tipis, “Gomawo,

Aku hanya tersenyum mengambil fotoku dam Sehun yang ada ditas. Baiklah, aku memang selalu membawa foto itu kemana saja. Karena itu adalah foto satu hari sebelum Sehun meninggalkanku dan dunia ini.

Sehun jahat? Ya, dia jahat. Sehun pembohong? Ya, dia pembohong. Sehun tukang mengingkarkan janjinya? Sekali lagi, Ya.

Mengapa? Kurasa aku harus mengingat memoriku yang terasa pahit manis dulu.


Flashback

“Sehun-ah” Panggilku kepada Sehun.

“Eum?” Jawab Sehun tanpa mengalihkan pemandangannya dari sebuah buku berwarna putih dan cream kenangan kami. Buku itu bisa dibilang lumayan tebal, Sehun menulisinya penuh semangat dengan pensil kesayangannya. Buku itu adalah diary milikku dan miliknya.

Aku tersenyum mendengar jawabannya yang bisa dibilang ‘singkat, padat, dan jelas’. “Aniyo, saranghae ^^” Tukasku santai.

Sehun langsung melihatku bingung dengan wajah polosnya yang merupakan favoritku. Namun, tak lama kemudian sirat wajahnya berubah menjadi seorang malaikat dan terkekeh kecil, “Oh. Aku juga”.

“Maka dari itu, berjanjilah untuk tidak menutupi apapun dari diriku,”

“Aku berjanji,” Balasnya semangat.

“Jangan pernah berpaling dariku walaupun yeoja itu jauh lebih cantik dariku,”

“Hem, aku bersumpah demi dirimu, sinar hariku.” Ujarnya yang terdengar ‘gombal’ membuatku terkekeh pelan dan siap meluncurkan perjanjian terakhir.

“Maka begitu, pastikanlah kau yang memasukkan cincin pernikahan dijari manisku.” Tuturku pelan. Jika Sehun sudah bisa berjanji akan semua perjanjian yang sudah kuucapkan, aku yakin dia pasti yang akan memasukkan cincin pernikahan itu di jari manisku.

Sehun terdiam sambil tersenyum tipis membuat bibir mungilnya terlihat manis, “Ya.”

Aku bingung kenapa jawabannya tak semantap tadi dan lesu. Ah, gwaenchana~ mungkin ia kelalahan. Aku lalu menariknya dan memeluknya ear dan berfoto bersama dengan kamera yang tadi kugantungkan dileherku. Foto itu langsung tercetak. Foto itu terlihat indah, dimana backgroundnya adalah pantai dan matahari yang tengah tenggelam serta diriku dan Sehun yang tersenyum bahagia. Kami melihat foto itu lalu saling bertukar pandang lalu tertawa bahagia.

Besoknya, aku bangun dari kasurku karena ada telepon masuk yang mengganguku. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali dan meregangkan otot-ototku sambil mengingat kenangan kemarin membuat wajahku memerah seketika.

KRIIINGG

Omo, aku lupa dengan telepon masuk itu! Aku segera mengambil telepon itu dan melihat siapa yang menelpon. Oh, Baekhyun-ssi.

“Yeobseyo?”

“..Bisakah kau mandi sekarang dan bergegas ke Seoul International Hospital? Aku akan menunggumu ditaman,” Ujarnya pelan tetapi terdengar suara panik.

“Waeyo?” Tanyaku bingung.

“Kau lakukan saja, arraseo? Ini penting.” Jawabnya lalu menutup teleponnya.

Aku mengangkat kedua bahuku bingung. Uh? Aneh sekali bukan? Aku langsung saja pergi kekamar mandi dan membasuh diri dengan cepat lalu berganti pakaian keluar dari apartemenku.

Aku sudah keluar dari gedung apartemenku dan memanggil seorang supir yang kebetulan lewat, “Ahjussi!”

Supir itu langsung memarkirkan mobilnya didepanku, aku langsung masuk kedalamnya, “Jebal, Seoul International Hospital”

Entah kenapa aku merasa aneh dan sesak didadaku padahal tadi aku hanya tenang-tenang saja. Yooyeon, positive thinking, please?


***


Sesampainya di Seoul Internatiol Hospital, aku langsung berjalan cepat menuju taman rumah sakit. Kulihat Baekhyun duduk sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya dan menghela nafas beberapa kali. Aku menghampirinya dan dia menatapku sejenak,

“Kajja,” Ajaknya langsung lalu menarik tanganku untuk menuntunku kearah tujuan.

Aku hanya menurut saja karena bingung dan tidak tahu apa-apa. Firasatku mulai tidak enak. Sehun kenapa belum mengirim sebuah sms atau sekedar menelponku? Tidak, positive thinking.

Baekhyun dan aku berhenti melangkah didepan kamar nomor 329. Kamar VIP di rumah sakit itu. Terdengar suara tangisan dari seorang ibu-ibu. Ta-tapi, menfgapa suaranya terdengar seperti eomma Sehun? Kali ini firasatku sudah benar-benar tidak enak.

Baekhyun langsung memutar knop pintu itu sambil menghela nafasnya untuk kesekian kalinya dan masuk kedalam ruangan itu. Aku hanya mengekor dibelakang Baekhyun membuat ibu-ibu yang sedang menangis itu menatapku. Itu benar-benar eomma Sehun dan dibelakangnya.. Appa Sehun.

Eomma Sehun langsung memelukku erat dan menangis dibahuku membuat bajuku basah. Kubiarkan eomma Sehun membasahkannya karena aku mengerti dia sedang sedih.

Tunggu, siapa yang masuk rumah sakit ini? Siapa yang ditangisi eomma Sehun? Sehun tidak mempunyai saudara melainkan anak tunggal?

“Ada apa sebenarnya?” Tanyaku berani dan membuka mulut. Semoga jawabannya bukan itu..

Eomma Sehun langsung melepas pelukannya kepadaku perlahan. “Sehun..”

Aku menelan ludahku dan mengatur nafasku yang mulai tidak beraturan. “Ada apa dengannya?”

“Dia… telah tiada.” Jawab appa Sehun menyela ucapan eomma Sehun. Aku membelalakkan mataku sekilas. Geotjimal..

I-ini pasti mimpi! Tapi, tuan Oh memang tidak pernah berbohong dan tegas. Tuan Oh hanya mengusap-usapkan punggung Nyonya Oh yang sedari tadi menangis. Seketika kakiku melemas dan terduduk dilantai ruangan itu.

“Yo-yooyeon, igeo..” Ucap Baekhyun berjongkok agar tinggi kami sama dan memberikan sepucuk surat berwarna pink.

“Bukalah sewaktu kau pulang,” Lanjutnya lalu berdiri dan keluar dari ruangan itu yang terasa pengap.


Author Pov


Sepulangnya dirumah, Yooyeon duduk disofa sambil memeluk kedua kakinya. Betapa jodohnya disaat itu adalah hujan. Yooyeon terduduk lemas sambil menangis dan memeluk kedua lutunya dan membuka sepucuk surat bernuansa pink itu.

‘Annyeong chagiya. Mianhae, selama ini aku tidak memberitahumu bahwa aku mengidap penyakit kanker otak dulu. Dulu, sebenarnya aku tidak pernah ingin sembuh dari penyakit ini. Karena aku yakin bahwa sudah tiada harapan untukku untuk hidup lebih lama. Waeyo? Ya, karena penyakit ganasku ini sudah stadium 4. Tetapi, semuanya berubah ketika aku bertemu denganmu dan jatuh cinta padamu. Kau bagaikan pil dan obat yang membuatku kecanduan. Aku suka caramu tertawa, tersenyum, bermanja, dan marah kepadaku. Aku suka semua yang ada didalam dirimu. Oh ya, bukankah diary kita ada ditempatmu? Setidaknya jagalah buku itu. Kau mau membenciku atau apapun akut akkan marah karena ini kesalahanku. Intinya, aku takkan pernah menyesal bahwa aku pernah mencintaimu. Ingatkah dirimu tentang 3 perjanjian yang kau berikan kepadaku kemarin? Pertanyaanmu tak kujawab dengan mantap karena aku tahu pasti umurku takkan lama lagi. Kau juga tak ingin menikah mudah bukan? Pfft, lagi pula kalau kita menikah muda, cepat atau lambat aku pasti akan meninggalkanmu, chagiya. Aku akan selalu bersamamu, di alam yang berbeda. Baiklah, tanganku sudah kram karena menulisi ini, saranghae selamanya.’

Yooyeon langsung menangis membaca surat itu, ia hanya menitikkan air amtanya yang seirama dnegan tetes-tetes air hujan.


Flashback off


Baekhyun Pov


“Yoonie-ah,”  Panggilku padanya yang tengah melamun. Kurasa ia mengingat sesuatu yang berkaitan dengan Sehun lagi.

“Bacon-ah,” Suaranya memanggilku yang terdengar serak. Hatiku rasanya teriris. Aku langsung memeluknya kembali. Memeluknya hangat dan erat membuat desiran dihatiku tidak mau berhenti ketika aku selalu menyentuhnya.

Ia membalas pelukanku dan terisak. Kubiarkan ia membasahi bajuku untuk yang kedua kalinya agar ia bisa lebih tenang.

Saranghae,” Kata-kata itu terlontarkan tanpa sengaja dari mulutku. Mungkin ini pengaruh aku tidak ingin dia menangisi Sehun lebih jauh lagi.

Ia perlahan melepaskan pelukanku lagi. Ia menatap intens dan penuh arti lalu tersenyum, “Na do,

Aku langsung tersenyum tulus dan memeluknya kembali. Bukan pelukan seperti tadi yang mengartikan pelukan untuk memberikan ketenangan atau sekedar sahabat. Tetapi, ini adalah pelukkan ras kasih sayang yang mendalam dari seorang namja kepada yeojanya.


***


Esoknya, aku dan Yooyeon hendak mengunjungi makam Sehun. Yap, untuk memberitahu hubunganku dengannya. Yooyeon sekarang terlihat lebih cerah seperti dulu. Aku tersenyum melihatnya yang sudah ceria kembali.

Tetapi sebelumnya, aku dan Yooyeon pegi kesebuah toko bunga yang bernama, “December Flowers”. Aku dan Yooyeon membeli sebuket bunga tulip yang berwarna pink dan ungu. Menandakan campuran dari perasaan kami. Ingatkah tentang aku yang membawa tulip berwarna ungu dan ia membawa tulip berwarna pink ketika kami secara tidak sengaja bertemu lagi di makam Sehun?

Sesampainya dimakam Sehun, aku dan Yooyeon langsung berdoa. Yooyeon menaruh buket bunga itu lalu berbicara kepada Sehun.

“Sehun-ah, aku sekarang adalah yeojachingu-nya Baekkie,”

“Dan aku sekarang adalah namjachingu-nya Yoonie,”

Aku dan Yooyeon tertawa lalu menatap makam Sehun intens. Tak lama kemudian, angin lembut menerpa kami membuat kami melihat sosok seseorang yang kami sayangi dan telah meninggalkan dunia ini.

Chukkae, jangan pernah sakiti satu sama lain.”

Kami langsung menatap sumber suara dan menangkap Sehun yang memakai kemeja lengan panjang serta celana panjang berwarna putih membuatnya terlihat tampan seperti biasanya. Ia terlihat berkharisma dengan kedua sayap besar yang menghiasi punggungnya.

Aku dan Yooyeon tersenyum tulus lalu mengangguk pelan. Bayangan itu ikut menghilang dengan angin semilir lembut yang kembali menerpa kami. Kami hendak menuju café yang pernah kami kunjungi sebelumnya. Bedanya, disaat itu kami masih belum ada hubungan apa-apa dan masih memanggil satu sama lain dengan embel-embel ‘ssi’. Tetapi sekarang, aku dan Yooyeon sudah menjalin sebuah hubungan pasangan. Aku menggengam erat tangan kiri Yooyeon yang kecil dan mungil lalu berjalan bersama muju café itu yang bernama “December Love”.

-END-

*lap keringet* Adaw, 4,675 words. Maaf ya kalau ada typo(s) dan EyD yang rusak karena ini ff pertama. Please give me oxygen ~ ^^