Title:
FF Freelance – Another You (Oneshoot)
Author: Park Yooyeon a.k.a EL (@im_elxD)
Main Casts:
- Park Yooyeon (Author, You) Covered by Lee
Ahreum (T-Ara)
- Byun Baekhyun (EXO-K)
- Oh Sehun (EXO-K)
Genre:
Fluff, sad, romance
Length:
Oneshoot
Rating:
PG-13
Summary:
‘Even
I found the another you, I wouldn’t forget you.’
Note:
* FF ini tidak memplagiat FF manapun. Jika
ada kesamaan cerita, judul, alur cerita dan inspirasi, itu adalah hanya
ketidaksengajaan belaka. Hem *batuk*.
* Juga, mungkin akan banya kegaje-an cerita
serta ke-typo-an author kumat. Huehek *batuk berdahak*.
* Lagi, para main casts selain ‘Park
Yooyeon’ adalah milik saya Tuhan serta orangtuanya.
* Jangan lupa RCL, memberikan Oxygen kepada
author freelance seperti saya, biar
semangat nulis ff selanjutnya ^^v
* No plagiating please ? Well, aku tahu kalau alur ceritanya
mungkin akan gaje. Tapi aku juga gak
mau kalau ada yang plagiat. Soalnya salah satu author tetap kesukaanku nulis ff mati-matian. Author kesukaanku nulis ff yang ber-chapter butuh setengah tahunan, sedangkan para plagiator dengan
mudahnya meng-copy paste dan
mengganti seluruh cast-nya. Emosi
engga ?
* SILAHKAN MEMBACA, MAAF BACOTANNYA
KEBANYAKAN. HUEHEHE~
***
“Sehun-ah” Panggil seorang gadis kepada lelaki
dihadapannya.
“Eum ?” Jawab
lelaki itu tanpa mengalihkan pemandangannya dari sebuah buku berwarna putih dan
cream. Buku itu lumayan tebal, ia menulisi buku itu dengan pensilnya.
Gadis itu
tersenyum melihat jawaban lelaki dihadapannya. “Tidak, aku mencintaimu” Ujar gadis itu santai.
Sontak, lelaki
itu langsung memandangnya bingung. Namun, tak lama kemudian ia tersenyum dan
tekekeh kecil, “Oh, aku juga.”
***
Author POV
Seorang gadis
sedang duduk memeluk lututnya. Memandang keluar sebuah jendela yang penuh
rintik-rintik hujan. Tetesan air matanya juga seirama dengan kenangannya yang
ia simpan di tempat kecilnya yang bernama hati.
Gadis itu lalu
terisak kecil, lalu membenamkan seluruh wajahnya dalam pelukan lututnya. Ia
menangis mengingat itu semua. Lelaki yang selalu menemaninya dalam suka maupun
duka. Disebelahnya ada buku berwarna putih dan cream. Didepan buku itu, tertera
foto lelaki itu dan dirinya yang tengah tertawa bahagia dibawah pohon apel.
Ia lalu mengambil
buku itu. Ia membuka halaman pertamanya yang terdapat foto dirinya dan lelaki
itu tengah menulis dengan serius. Lelaki itu memeluk sebuah gitar dan gadis itu
sedang menulis di sebuah kertas yang hampir penuh dengan not-not lagu. Ia
melihat catatan kecil yang menempel dibawahnya. Membacanya pelan dan tersenyum
dengan air matanya yang sudah menggenang.
‘Hari ini aku dan Yooyeon sedang menciptakan
lagu baru! Lagu ini adalah lagu ballad yang penuh cinta untuk Yooyeon-ku
tersayang. Kkk ~’ By: Sehun.
Tulisan Hangeul
yang ia kenal itu tertera disana. Tulisan Hangeul yang sangat rapid an.. Penuh
rasa. Ia bahkan sangat mengenal tulisan Hangeul itu. Entah bagaimana cara
mengekspresikan atau menjelaskan rasa tulisan itu, hanya dialah yang tahu.
Gadis yang
disebut Yooyeon itu langsung menutup bukunya pelan. Air matanya mengalir begitu
saja dengan deras. Gadis itu mengigit bibir bawahnya untuk menahan isakannya.
Tatapan matanya kosong. Tak ada yang mencuri perhatiannya sampai ia melihat
gitar berwarna cokelat, gitar Sehun.
Ia berdiri lalu
berjalan meraih gitar itu. Ia duduk di sebuah bangku dan memetik gitar itu
pelan. Menyanyikan sebuah lagu ballad pertamanya yang ia buat dengan Sehun,
mantan kekasihnya.
As if I was reborn as a child who doesn’t
know anything
I thought it was a dream so I closed my
eyes and opened them again
I am standing in front of you as if I was
praying
I want to walk side by side with you at
least once
Just once
I ride the soft wind into your world
I go right next to you and you ask where I
came from
You asked me so innocently so I answered
that it is a secret
Because if we just walk together like this
Wherever you go, it’ll be heaven.
Gadis itu
menyanyikan lagu itu sambil memejamkan matanya sambil tersenyum getir. Ia tak
kuasa menahan air matanya . Air matanya pun jatuh dari mata indahnya. Ia tidak
bisa menahan air mata itu lagi. Pertahanannya roboh dan air matanya sedari tadi
sudah memaksa keluar. Setelah lagu itu selesai, ia menatap langit-langit
kamarnya. Kamarnya yang bernuansa putih yang merupakan warna kesukaannya.
“Sehun-ah” Panggilnya pelan dan tersenyum
kecil.
“Maafkan aku
telah menangisi dirimu lagi. Aku tahu kau pasti sedih dengan keadaanku ini. Mianhae..” Lanjutnya pelan dan
menundukkan wajahnya seolah-olah ia sedang berbicara dengan seorang Sehun.
“Besok aku akan
mengunjungimu” Gumamnya pelan. Dan lebih tepatnya, ia berbisik.
***
Yooyeon POV
Hari ini aku
keluar dari apartemenku dengan mata yang bengkak dan sembab. Tentu saja karena
menangisi nya lagi. Heh, aku bodoh
sekali bukan?
Aku mengunci
pintu apartemenku lalu berjalan keluar. Memasukkan tanganku kedalam saku
jaketku untuk menahan rasa dingin yang menusukku di bulan Desember kota Seoul.
Yap, musim yang dingin bagi warga kota Seoul, musim salju.
Ketika aku keluar
dari gedung apartemenku, kulihat semua kota bernuansa putih dan langit hari ini
lebih cerah daripada yang kemarin. Salju menumpuk dengan tebalnya dimana-mana
menghias jalanan kota Seoul yang ramai.
Aku berjalan
santai dan melihat pemandangan di pagi ini. Anak-anak kecil yang tengah bermain
perang salju, pasangan-pasangan yang dengan romantisnya menyuapkan makanan
kepada pasangannya. Dan, musim ini adalah musim favoritnya. Favorit Sehun.
Aku berhenti
melangkahkan kakiku. Tak lama kemudian aku terkekeh kecil. Kenapa aku selalu mengingatnya? Bahkan, aku tidak bisa melupakan
hal-hal kecil tentang dirinya, batinku.
Aku lalu berjalan
dan berhenti lagi melihat sebuah took bunga yang cukup ramai. Nama bunga itu
adalah “December Flowers”. Aku lalu mendorongpintu masuk itu yang terbuat dari
kayu dan masuk kedalam. Lonceng kecil diatas pintu itu bordering sekali karena
aku mendorong pintu itu. Lonceng kecil itu berguna untuk member tahu kepada
sang pemilik bahwa ada pembeli yang datang.
“Selamat siang agasshi !” Sapa seorang pekerja wanita
paruh baya di toko itu ramah kepadaku, akupun hanya mengulum sebuah senyum
hangatku kepadanya.
“Apakah ada buket
bunga tulip yang berwarna pink?” Tanyaku ramah kepada pekerja itu.
Pramuniaga itu
terlihat berpikir keras dengan menopang dagunya dengan jari telunjuknya. Lalu
sejurus kemudian, ia sepertinya mengingat sesuatu. Ahjumma ini tampak bingung
dimana letak buket bunga tulip. Mungkin? Karena toko itu sesak sekali karena
penuh dengan bunga, tetapi rasa sesak itu hilang karena adanya harum bunga yang
segar dan wangi.
“Oh ! Ada agasshi ! Mari, ikuti saya” Ajak pekerja itu ramah.
Akupun berjalan
dibelakang mengikuti pekerja itu. Ia lalu memberikanku sebuket bunga tulip yang
berwarna pink dan masih segar. Aku lalu menghirup pelan bunga tulip itu. Bau
bunga yang khas itu mengingatkanku padanya lagi.
“Terima kasih ahjumma” Ujarku kepadanya lalu berjalan
menuju meja kasir dan membayar bunga tulip ini.
Akupun berjalan
keluar dari toko itu sambil memeluk sebuket bunga tulip yang berwarna pink dan
masih segar itu.
“Hati-hati
dijalan agasshi !” Seru ahjumma itu
kepadaku dan tersenyum hangat kepadaku.
“Arraseo ! Gomawo ahjumma !” Seruku dari
luar toko dan melambai-lambai tanganku pelan kepadanya.
Aku melanjutkan
berjalan masih dengan memeluk buket bunga tulipku sambil mengulas sebuah
senyuman. Lalu akupun menaggil sebuah taksi untuk mengantarku kesuatu tempat.
Taksi itupun berhenti dan mempersilahkanku masuk.
“Selamat siang, agasshi. Anda mau kemana?” Tanya supir
taksi itu menoleh kepadaku sambil memperlihatkan sebuah senyuman hangatnya.
Warga kota Seoul memang sangat ramah, eoh?
“Seoul Graveyard”Jawabku singkat lalu
tersenyum tipis.
“Nde, arraseo.” Jawab supir itu lalu
menjalankan mobilnya.
***
“Kamsahamnida”Kataku sambil membungkuk 90
derajat dan memberikan uang tarif dari taksi itu kepada ahjussi yang merupakan supir
taksi itu.
“Nde, cheonmaneyo” Jawab supir itu sambil
mengambil uang tarif yang kuberikan tadi lalu melaju dengan mobil taksinya dan
lama-kelamaan menghilang.
AKu memasuki
kawasan kuburan di Seoul itu. Aku berjalan menelusuri batu nisan yang tertulis
namanya. Sebenarnya, aku sudah hafal betul dimana letak makan Sehun. Tetapi,
aku rasanya ingin melihat-lihat dan berjalan santai menuju makam Sehun.
Ketika aku hampir
sampai di makam Sehun, kulihat ada seorang lelaki yang sebaya dengan Sehun dan
diriku. Dia berdiri sambil memeluk bunga tulip yang berwarna ungu. Jenis bunga
kami sama tetapi yang membedakan adalah warnanya.
Kulihat raut
wajah sedih diwajah lelaki itu. Aku tidak bisa melihat jelas wajah lelaki itu
secara detail, tetapi terlihat dari raut wajahnya. Aku lalu berjalan menuju
makam Sehun yang sempat terhenti. Aku langsung berdiri disebelah lelaki itu,
sementara lelaki itu terdiam bingung melihatku. Aku tersenyum tipis lalu
menaruh buket bunga tulip yang kubeli tadi dimakam Sehun lalu mengelus batu
nisannya pelan dan lembut.
“N-nugu?”Tanya namja tinggi itu kepadaku.
“Ah..” Gumamku lalu medongkakkan kepalaku
keatas. Ya, karena tinggi kami yang hampir terpaut jauh.
“Oh ! Park Yooyeon imnida. Kau bisa memanggilku ‘Yooyeon’.” Lanjutku lalu tersenyum.
“Aah, Yooyeon-ssi? Aku Byun Baekhyun, sahabat Sehun.”
Ujarnya lalu membalas senyumanku lembut.
Aku terkikik
pelan dan berkata, “Sehun sering bercerita tentangmu.”
“Begitupula
sebaliknya. Ia sering bercerita tentangmu juga.” Balasnya dan tertawa.
Aku kembali
terkekeh pelan dan melirik batu nisan Sehun. Terdapat banyak rerumputan liar
yang lumayan panjang. Aku segera berjongkok dan mencabut rerumputan itu.
Kurasakan
Baekhyun berjongkok juga di sebelahku, akupun meliriknya penuh tanda tangan dan
dengan wajah polos.
Merasa mengerti
dengan pertanyaanku ia segera membuka mulutnya, “Aku bantu ne?”Tawarnya ramah.
Aku menganggukan
kepalaku sekilas dan tersenyum kikuk dan melanjutkan aktifitasku mencabut
rumput –tumput liat di makam Sehun.
Setelah 15 menit
kira-kira aku dan Baekhyun mencabut rerumputan liar itu, kami hendak berjalan
kesebuah café yang letaknya tidak terlalu jauh dari makam Sehun. Setelah aku
dan Baekhyun sampai, kami duduk disebuah tempat duduk khusus 2 orang dan
seorang pelayan datang dan melayani kami dengan ramah.
“Annyeong ~ Waah, Yooyeon! Kau mau memesan apa?” Tanya
pelayan itu yang bernama Taeyeon eonnie
itu. Yap, selain keseringan mengunjungi Sehun aku juga sering ke café ini
sampai-sampai aku mengenal Taeyeon eonni yang telah bekerja di café ini selama 2
tahun.
“Baekhyun-ssi, kau mau memesan apa?” Ujarku kepada
Baekhyun yang tengah membolak-balikkan buku menu itu.
“Eungg, Caramel
Ice Blended-nya satu.” Jawabnya lalu tersenyum kepadaku penuh aegyo.
“Jinjjayo? Kau suka caramel?” Tanyaku lalu mengerjapkan
mataku berkali-kali polos.
“Yup. Waeyo?” Jawabnya polos. Ughh, dia memang full aegyo.
“Jinjja? AKu juga suka sekali caramel ^^!
Hey, kenapa kau full aegyo sekali sih?” Kataku lalu menggembungkan pipiku.
“Err, kurasa kalian tidak melupakanku?”
Tanya Taeyeon eonnie. Oh, ya ampun!
Aku sampai melupakan Taengo eonnie.
“Ehehe, mianhae unn ~ Caramel Ice Blended-nya 2,
eoh?”Ujarku kikuk dan tersenyum penuh
aegyo kepadanya.
“Arraseo ~ Pesanan kalian akan datang
secepatnya !” Ujar Taeyeon eonni
semangat lalu berjalan pergi.
Aku dan Baekhyun
hanya diam. Aku memandang keluar jendela, melihat pemandangan gunung dan
cerahnya hari ini. Yap, di makam Sehun memang terdapat gunung-gunung. Fuwah,
membuat mood orang lain senang ketika
melihatnya.
“Oh ya, tadi
kudengar kau memanggilku dengan embel-embel ‘-ssi’?”
Aku mengalihkan
pemandanganku dan melihat Baekhyun dengan polosnya, “Oh, ne. Waeyo ?” Jawabku
polos.
“Ahaha, aniyo. Hanya saja, bisakah kau
memanggilku dengan embel-embel ‘-ah’
atau hanya ‘Baekhyun’ saja?” Ucapnya lalu tersenyum simpul membuatku menarik
kedua sudut ujung bibirku juga.
“Arraseo, Baekhyun-ah,”
Tak lama
kemudian, Taeyeon eonni datang
mengantarkan Caramel Ice Blended itu. Taeyeon eonni menaruh caramel ice blended itu di meja kami. Aku melontarkan
senyum manis kepada Taeyeon eonni dan
Taeyeon eonni membalas senyumanku.
Taeyeon eonni pun meninggalkan kami. Kulihat
Baekhyun langsung mengambil caramel ice blended itu. Baekhyun menyeruputnya
dengan semangat membuatku terkekeh kecil.
“Waeyo?” Tanyanya cemberut dengan
bibirnya yang sedikit dimajukan.
“Eungg, aniyo~ kau terlihat lucu disaat meminum
itu,” Jelasku padanya sambil menahan kekehan kecilku.
“Ish, sudahlah. Cepat minum atau nanti
esnya meleleh,” Ujarnya lalu berpura-pura marah dan meminum minumannya lagi.
Aku yang
menyadarinya bahwa dia pura-pura marah langsung ber-aegyo ria kepadanya, “Arraseo,
jangan marah ne~?” Pintaku lalu bepuppy eyes ria kepadanya.
Dia mendengus
pelan lalu menganggukan kepalanya. Aku kembali mengulas sebuah senyuman dan
berkata pelan, “Gomapta.”
***
Baekhyun Pov
Sudah
berbulan-bulan aku menjalani hari-hariku dengan Yooyeon bersama. Ternyata, dia
memang anak yang polos, lucu, dan menyenangkan. Belum lagi disetiap ia tertawa
dan tersenyum terdapat lekukan dikedua matanya yang indah. Neomu yeppeo.. (baca: eyesmile) dank arena itulah aku mengerti
mengapa Sehun uka sekali bercerita tentangnya dan tentunya.. mencintainya.
“Bacon-ah !” Teriaknya kepadaku yang tengah
melamun/
“Ne ?” Tanyaku sambil berlari pelan
menghampirinya yang tengah mengelus-elus seekor anjing berwarna cokelat yang
menggemaskan.
“Lihat~ Bonggu
lucu bukan?” Ujarnya lalu menggendong anjiong kecil itu dan memeluknya erat
penuh kasih sayang.
“Yup, lucu sepertimu ~” Ucapku lalu
mencubit pipi kirinya kencang karena dia sangat menggemaskan.
“Ya! Bacon! Sudah berapa kali kubilang
jangan mencubit pipiku!” Protesnya lalu menggembungkan kedua pipinya yang chubby itu tanda ia sedang marah.
“Arra. Arraseo,” Aku ku pelan dan
mengalah.
“Nih,
balasannya~!” Pekiknya pelan lalu mencubit pipi kananku dengan kedua tangannya
kencang.
“Ya! Appo!” Erangku kepadanya yang tengah
tersenyum kemenangan.
“Siapa suruh kau
mencubitku duluan?” Tanyanya dan tersenyum manis kepadaku.
“Aish.. MEHRONG!” Pekikku lalu menjulurkan lidahku panjang.
“MEH..RONG?!” Balasnya dan menjulurkan
lidahnya tak kalah panjang dariku.
“MEHRONGGGGGGGGGG~” Teriakku tidak mau kalah darinya.
Dia terlihat menatapku
tajam sambil memajukan bibirnya, ”Omo,
mwoya ?” Tanyanya geram dan gemas.
“Lihatlah matamu!
Apakah kau berbicara denganku sambil tertidur? Kyahahaha,” Tawaku sambil
mengacungkan jari telunjukku dan menunjuknya.
“Lihat saja nanti
kau, Bacon” Ucapnya penuh dengan death
glare sambil mengacungkan jari tengahnya.
“E-eh.. Jangan
marah ya~?” Pintaku lalu berpuppy eyes
kepadanya. Dia terlihat menahan rasa gemasnya, dia tersenyum kegelian. Oh, aku
tahu apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Pasti dia akan mencubit kedua pipiku
yang super chubby dan tak kalah chubby-nya dari pipinya.
“Neomu kyeopta! Baiklah, kau kumaafkan!”
Dia berkata lalu mencubit kedua pipiku penuh kegemasan.
Oh, hey. Aku benar kan ?
“Appoyo!”
Teriakku untuk yang kedua kalinya.
Dia hanya tertawa
lalu berlari meninggalkanku, dan Bonggu masih dalam pelukannya. Aku lalu
mengejarnya, aku tahu pasti dia akan tertangkap olehku. Oh ayolah, aku selali
juara di tingkat olahraga apalagi dibidang berlari. Coba tebak saja, apakah aku
akan kalah?
***
“Ahjumma, aku pesan dua tteokbokki, eoh?” Pesan Yooyeon kepada seorang ahjumma yang tengah menjual tteokbokkinya
disebuah stand kecil.
“Ne, agasshi. Akan kuantar secepatnya”
Jawab ahjumma itu ramah kepada
Yooyeon.
Yooyeon langsung
tampak mengambil sesuatu ditasnya, “Ah, igeo..”
“Hey, kenapa tak
kau bilang bahwa kau akan membayarnya? Sudah, aku saja yang membayarnya,”
Sergahku cepat.
“Aniyo! Kali ini aku akan membalas
budiku,” Tolaknya lalu mengembungkan pipinya. Aku hanya mengangkat bahuku lalu
tersenyum simpul kepadanya.
“Agassi.. uangnya kelebihan” Ujar ahjumma itu.
“Tak apa. Itu
untuk ahjumma ^^” Jelas Yooyeon lalu
tersenyum kikuk dan manis.
“Kamsahamnida,” Jawab ahjumma itu singkat lalu berjalan masuk
kedalam untuk membuat dua tteokbokki
pesanan kami.
Aku dan Yooyeon
langsung mengambil sebuah tempat duduk yang telah disediakan distand itu lalu duduk manis disana.
“Hey,” Panggilku
kepada Yooyeon yang tenagh sibuk dengan iPhone-nya.
“Eung? Waeyo?” Tanyanya dan menatapku penuh
tanda tanya.
“Kenapa kau baik
sekali, sih?” Ejekku lalu mengacak-acak rambutnya gemas.
“Aishh, tentu saja karena aku adalah Angel yang jatuh dari surga~” Jelasnya
sambil berpose disela-sela aku mengacak rambutnya.
“Hahaha, babo!” Seruku pelan dan melepaskan
acakkanku kepada rambutnya dan tertawa.
“Ya!” Pekiknya marah sambil memajukan
bibirnya.
“Naah, pesanan
datang. Tteokbokki dua dan bonus jjangmyun jumbo satu porsi, selamat
menikmati kencan kalian~” Ujar ahjumma tadi
tiba-tiba datang dan memberikan pesanan kami. Padahal aku sudah hampir
meneteskan air liurku*?* tapi tidak jadi karena ucapan ahjumma tadi. Pa-pasangan?
“EH?!” Bingungku
dengan Yooyeon bersamaan.
“Eoh? Aku benar bukan?” Tanya ahjumma itu polos.
“A-aniyo ahjumma! Ka-kami hanya sebatas
sahabat!” Elak Yooyeon cepat dan melambailmabai tangannya tanda ‘tidak’.
Wajahnya sudah semerah kepiting rebus.
“Jeongmalyo? Aku kira kalian
berpasangan,” Jawab ahjumma itu lalu
tertawa kikuk.
“Mianhae, tetapi kalian masih bisa
mengambil jjangmyun jumbo itu,
permisi ^^” Lanjut ahjumma itu lalu
berjalan pergi.
Aku sedari tadi
menundukkan kepalaku malu. Te-tentu saja! Karena aku menyukainya.. Dan, ketika
kulirik Yooyeon terlihat semburat merah dipipinya. Akupun segera meraih satu tteokbokki itu dan membuatnya tersadar
dari lamunanya. Mungkin?
Baiklah, dia
tersadar dari lamunannya dan menatapku bingung dengan dua semburat merah yang
err.. cute? Apakah sebaiknya aku yang
membuka pembicaraan dulu?
“Ya! Apakau kah mau tteokbokki kesukaanmu itu mendingin?” Tanyaku tanpa mengalihkan
perhatian dari tteokbokki yang panas
itu.
“A-aku.. Baiklah!
Jjangmyun itu nanti kita makan
bersama setelah selesai memakan tteokbokki
ini, eoh?” Usulnya lalu mengambil
sumpit dan sendok. Aku tersenyum simpul membayangkan bahwa diriku adalah Sehun.
Betapa beruntungnya memiliki yeoja
seperti dia.
“Mm.. Ppali, cepat dimakan!”
“Ne, ne. Kau tidak lihat kalau aku sedang
mengambil sendok dan sumpit?” Katanya lalu menggembungkan pipinya.
Tak lama
kemudian, tteokbokki kami habis.
Yooyeon langsung mengambil jjangmyun
itu membuatku menatapnya tajam. Ia hanya bisa tertawa pelan.
“Arraseo, aku akan membangikannya
untukmu,” Katanya lalu mengambil sebuah mangkuk kecil dan memindahkan beberapa jjangmyun itu.
Setelah selesai,
ia memberikan mangkuk jjangmyun yang
besar itu kepadaku. Aku menatapnya bingung. ‘Hei, apa sebanyak ini untukku?’ Batinku.
“Hmp, aku sudah
lumayan kenyang,” Jawabnya seolah-olah bisa membaca pikiranku.
Aku membelalakkan
mataku layaknya orang bodoh*?*. Mengapa ia bisa membaca pikiranku? Telepati?
Ah, menyeramkan jika ia bisa bertelepati.
“Mwo? Bertelepati? AKu takkan bisa babo!” Elaknya lalu mengerucutkan kedua
bibirnya yang berwarna pink itu.
Sekali lagi, aku
hanya bisa membelalakkan mataku lalu menggeleng sambil mengangkat kedua bahuku.
***
Yooyeon Pov
Setelah makan dan
bermain seharian, aku dan Baekhyun mengunjungi suatu tempat yang indah tempat
dulu aku dan Sehun sering pergi. Tempat itu adalah suatu bukit kecil namun
tinggi dan jarang didatangi banyak orang. Tempat yang dulu sering kukunjungi
bersama Sehun. Kau pasti akan menyukai pemandangannya karena kau bisa melihat
seluruh seluk-beluk kota Seoul dari atas sini. Belum lagi, kau bisa melihat
matahari tenggelam dan setelah itu bisa melihat dengan jelas bintang-bintang
yang bercahaya menghiasi langit malam bersama bulan.
Aku dan Baekhyun
menidurkan diri diatas rumput bukit tinggi yang terurus itu. Aneh, tempat ini
sepi tetapi tumbuh-tumbuhannya terawat. Sangat terawat, malah.
Baekhyun sudah
sering kuajak kesini dan dia sangat menikmatinya. Baekhyun merebahkan dirinya
disebelahku dan menutup matanya sambil tersenyum.
Aku yang
melihatnya pun menarik sudut kedua ujung bibirku. Lalu aku mengambil earphone dari tasku dan memasukkannya
kedalam telingaku. Mendengarkan lagu kenang-kenangan yang amat disukai olehku
dan Sehun.
“Bacon-ah, kau mau?” Tawarku kepadanya.
Dia langsung
menoleh dan mengambil sebelah earphone-ku,
“Gomawo,”
Aku hanya
tersenyum lalu menutup mataku. Lirik-lirik ini didalam lagu ini sangat indah.
Umkyeo jwin maeumi jakku sae eonaga
Oh sumgyebogo gamchwodo modu heulleonaga oh
Daheul su eobtneun neorul bomyeonseo
Nae jageun geurim jado deul kilkka
seumeoseo
Ph nan tteollineun georeumeul josimhi
dagaga bwa
Oh nan deo gakkai galsurog eotjeonji
duryeowo jyeo
Niga meoreo jilkka
One, two nae mami
Three, four sumgyeori
Five, six onmomi neoman bomyeo georeo
“Mm, lagu apa
ini?”
“Dengarkan saja.
Nanti akan kuberitahu” Jawabku santai sambil mengalihkan pemandanganku untuk
menutup wajahku yang tiba-tiba memerah.
Ya, aku sudah
menyukai Baekhyun. Ta-tapi, aku juga masih bimbang.
Aku telah berjanji kepada Sehun untuk tidak berpaling darinya. Ugh, bagaimana
ini? Perasaanku selalu membuncah dan meledak bahagia ketika tangan lentik nan
lembutnya menyentuhku.
Kami mendengarkan
lagu ini sambil tersenyum. Akupun mulai bersikap santai dan biasa. Tak lama
kemudian matahari pun mulai terbenam. Aku dan Baekhyun melihat pemandangan
indah itu mulai dari awal sampai akhir dan matahari itupun tak terlihat lagi.
Langit sudah
mulai gelap dan kami masih merebahkan diri diatas bukit tinggi itu. Kulihat
dilangit banyak bintang-bintang bertaburan dengan indahnya.
Biasanya tak
banyak bintang akhir-akhir ini. Namun yang membuatku kaget adalah aku melihat
bintang jatuh yang indah. Aku langsung mendudukkan diriku yang membuat Baekhyun
bingung. Aku melipatkan kedua jariku lalu berdoa dan menutup mataku.
Aku bergumam
pelan, ‘Tuhan, aku begitu mencintai
Baekhyun maupun Sehun. Aku sudah berjanji kepada Sehun untuk tidak berpaling
darinya. Menyukai Baekhyun apakah dosa besar untukku?’
Aku langsung
membuka kedua mataku. Entah kenapa ada perasaan sesak yang tiba-tiba didadaku.
Otakku mulai dirasuki kenang-kenanganku bersama Sehun. Air mataku sudah mulai
menggenang, mengingat kenang-kenangan itu dan lirik lagu ini yang menambah
ingatanku dengan Sehun.
Baekhyun yang
sedari tadi sudah duduk dan menatapku intens. Aku menggelengkan kepalaku pelan
dan langsung berhamburan memeluknya erat, layaknya aku dan dirinya sudah tidak
bertemu dengan masa waktu yang lama.
Baekhyun
terlonjak kaget awalnya, tak lama kemudian ia menepuk-nepukkan tangannya kepada
punggungku lembut. Aku terisak lebih kencang dan menangis di dadanya yang
bidang sambil lebih mengeratkan pelukanku.
“Hei, uljima..”
“Arraseo.. Oh ya, kau bertanya apa judul
lagu tadi bukan?”
“Ng.. Ne. Apa judulnya?” Tutur pelan dan
lembut. Suara khasnya.
“Baby Steps,” Balasku lalu menghapus air
mataku dan tersenyum kepadanya.
Ia membalas
senyumanku layaknya seorang ‘angel’
membuat hatiku selalu nyaman bersamanya. “Ooh,
dulu Sehun selalu menyanyikan lagu itu padahal..”
Aku mengerutkan
keningku bingung dan menebaknya iseng, “Kau tidak menyukainya?”
“Ah, ye. Mian,” Tukasnya kikuk lalu menggarung kepalanya.
“Gwaenchana, semua orang mempunyai
seleranya sendiri dalam memilih sesuatu, arrachi?”
Kataku lalu tersenyum untuk kesekian kali dan mencubit hidungnya gemas.
Ia memajukan
bibirnya dan tersenyum tipis, “Gomawo,”
Aku hanya
tersenyum mengambil fotoku dam Sehun yang ada ditas. Baiklah, aku memang selalu
membawa foto itu kemana saja. Karena itu adalah foto satu hari sebelum Sehun
meninggalkanku dan dunia ini.
Sehun jahat? Ya, dia jahat. Sehun pembohong? Ya, dia pembohong. Sehun tukang
mengingkarkan janjinya? Sekali lagi, Ya.
Mengapa? Kurasa
aku harus mengingat memoriku yang terasa pahit manis dulu.
Flashback
“Sehun-ah” Panggilku kepada Sehun.
“Eum?” Jawab Sehun tanpa mengalihkan
pemandangannya dari sebuah buku berwarna putih dan cream kenangan kami. Buku
itu bisa dibilang lumayan tebal, Sehun menulisinya penuh semangat dengan pensil
kesayangannya. Buku itu adalah diary milikku dan miliknya.
Aku tersenyum mendengar jawabannya yang
bisa dibilang ‘singkat, padat, dan jelas’. “Aniyo, saranghae ^^” Tukasku
santai.
Sehun langsung melihatku bingung dengan
wajah polosnya yang merupakan favoritku. Namun, tak lama kemudian sirat
wajahnya berubah menjadi seorang malaikat dan terkekeh kecil, “Oh. Aku juga”.
“Maka dari itu, berjanjilah untuk tidak
menutupi apapun dari diriku,”
“Aku berjanji,” Balasnya semangat.
“Jangan pernah berpaling dariku walaupun
yeoja itu jauh lebih cantik dariku,”
“Hem, aku bersumpah demi dirimu, sinar
hariku.” Ujarnya yang terdengar ‘gombal’ membuatku terkekeh pelan dan siap
meluncurkan perjanjian terakhir.
“Maka begitu, pastikanlah kau yang
memasukkan cincin pernikahan dijari manisku.” Tuturku pelan. Jika Sehun sudah
bisa berjanji akan semua perjanjian yang sudah kuucapkan, aku yakin dia pasti
yang akan memasukkan cincin pernikahan itu di jari manisku.
Sehun terdiam sambil tersenyum tipis
membuat bibir mungilnya terlihat manis, “Ya.”
Aku bingung kenapa jawabannya tak semantap
tadi dan lesu. Ah, gwaenchana~ mungkin ia kelalahan. Aku lalu menariknya dan
memeluknya ear dan berfoto bersama dengan kamera yang tadi kugantungkan
dileherku. Foto itu langsung tercetak. Foto itu terlihat indah, dimana backgroundnya
adalah pantai dan matahari yang tengah tenggelam serta diriku dan Sehun yang
tersenyum bahagia. Kami melihat foto itu lalu saling bertukar pandang lalu
tertawa bahagia.
Besoknya, aku bangun dari kasurku karena
ada telepon masuk yang mengganguku. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali dan
meregangkan otot-ototku sambil mengingat kenangan kemarin membuat wajahku
memerah seketika.
KRIIINGG
Omo, aku lupa dengan telepon masuk itu! Aku
segera mengambil telepon itu dan melihat siapa yang menelpon. Oh, Baekhyun-ssi.
“Yeobseyo?”
“..Bisakah kau mandi sekarang dan bergegas
ke Seoul International Hospital? Aku akan menunggumu ditaman,” Ujarnya pelan
tetapi terdengar suara panik.
“Waeyo?” Tanyaku bingung.
“Kau lakukan saja, arraseo? Ini penting.”
Jawabnya lalu menutup teleponnya.
Aku mengangkat kedua bahuku bingung. Uh?
Aneh sekali bukan? Aku langsung saja pergi kekamar mandi dan membasuh diri
dengan cepat lalu berganti pakaian keluar dari apartemenku.
Aku sudah keluar dari gedung apartemenku
dan memanggil seorang supir yang kebetulan lewat, “Ahjussi!”
Supir itu langsung memarkirkan mobilnya
didepanku, aku langsung masuk kedalamnya, “Jebal, Seoul International Hospital”
Entah kenapa aku merasa aneh dan sesak
didadaku padahal tadi aku hanya tenang-tenang saja. Yooyeon, positive thinking,
please?
***
Sesampainya di Seoul Internatiol Hospital,
aku langsung berjalan cepat menuju taman rumah sakit. Kulihat Baekhyun duduk
sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya dan menghela nafas beberapa
kali. Aku menghampirinya dan dia menatapku sejenak,
“Kajja,” Ajaknya langsung lalu menarik
tanganku untuk menuntunku kearah tujuan.
Aku hanya menurut saja karena bingung dan
tidak tahu apa-apa. Firasatku mulai tidak enak. Sehun kenapa belum mengirim
sebuah sms atau sekedar menelponku? Tidak, positive thinking.
Baekhyun dan aku berhenti melangkah didepan
kamar nomor 329. Kamar VIP di rumah sakit itu. Terdengar suara tangisan dari
seorang ibu-ibu. Ta-tapi, menfgapa suaranya terdengar seperti eomma Sehun? Kali
ini firasatku sudah benar-benar tidak enak.
Baekhyun langsung memutar knop pintu itu
sambil menghela nafasnya untuk kesekian kalinya dan masuk kedalam ruangan itu.
Aku hanya mengekor dibelakang Baekhyun membuat ibu-ibu yang sedang menangis itu
menatapku. Itu benar-benar eomma Sehun dan dibelakangnya.. Appa Sehun.
Eomma Sehun langsung memelukku erat dan
menangis dibahuku membuat bajuku basah. Kubiarkan eomma Sehun membasahkannya
karena aku mengerti dia sedang sedih.
Tunggu, siapa yang masuk rumah sakit ini? Siapa
yang ditangisi eomma Sehun? Sehun tidak mempunyai saudara melainkan anak
tunggal?
“Ada apa sebenarnya?” Tanyaku berani dan
membuka mulut. Semoga jawabannya bukan itu..
Eomma Sehun langsung melepas pelukannya
kepadaku perlahan. “Sehun..”
Aku menelan ludahku dan mengatur nafasku
yang mulai tidak beraturan. “Ada apa dengannya?”
“Dia… telah tiada.” Jawab appa Sehun
menyela ucapan eomma Sehun. Aku membelalakkan mataku sekilas. Geotjimal..
I-ini pasti mimpi! Tapi, tuan Oh memang
tidak pernah berbohong dan tegas. Tuan Oh hanya mengusap-usapkan punggung
Nyonya Oh yang sedari tadi menangis. Seketika kakiku melemas dan terduduk
dilantai ruangan itu.
“Yo-yooyeon, igeo..” Ucap Baekhyun
berjongkok agar tinggi kami sama dan memberikan sepucuk surat berwarna pink.
“Bukalah sewaktu kau pulang,” Lanjutnya
lalu berdiri dan keluar dari ruangan itu yang terasa pengap.
Author Pov
Sepulangnya dirumah, Yooyeon duduk disofa
sambil memeluk kedua kakinya. Betapa jodohnya disaat itu adalah hujan. Yooyeon
terduduk lemas sambil menangis dan memeluk kedua lutunya dan membuka sepucuk
surat bernuansa pink itu.
‘Annyeong chagiya. Mianhae, selama ini aku
tidak memberitahumu bahwa aku mengidap penyakit kanker otak dulu. Dulu,
sebenarnya aku tidak pernah ingin sembuh dari penyakit ini. Karena aku yakin
bahwa sudah tiada harapan untukku untuk hidup lebih lama. Waeyo? Ya, karena
penyakit ganasku ini sudah stadium 4. Tetapi, semuanya berubah ketika aku
bertemu denganmu dan jatuh cinta padamu. Kau bagaikan pil dan obat yang membuatku
kecanduan. Aku suka caramu tertawa, tersenyum, bermanja, dan marah kepadaku.
Aku suka semua yang ada didalam dirimu. Oh ya, bukankah diary kita ada
ditempatmu? Setidaknya jagalah buku itu. Kau mau membenciku atau apapun akut
akkan marah karena ini kesalahanku. Intinya, aku takkan pernah menyesal bahwa
aku pernah mencintaimu. Ingatkah dirimu tentang 3 perjanjian yang kau berikan
kepadaku kemarin? Pertanyaanmu tak kujawab dengan mantap karena aku tahu pasti
umurku takkan lama lagi. Kau juga tak ingin menikah mudah bukan? Pfft, lagi
pula kalau kita menikah muda, cepat atau lambat aku pasti akan meninggalkanmu,
chagiya. Aku akan selalu bersamamu, di alam yang berbeda. Baiklah, tanganku
sudah kram karena menulisi ini, saranghae selamanya.’
Yooyeon langsung menangis membaca surat
itu, ia hanya menitikkan air amtanya yang seirama dnegan tetes-tetes air hujan.
Flashback off
Baekhyun Pov
“Yoonie-ah,”
Panggilku padanya yang tengah melamun. Kurasa ia mengingat sesuatu yang
berkaitan dengan Sehun lagi.
“Bacon-ah,” Suaranya memanggilku yang terdengar
serak. Hatiku rasanya teriris. Aku langsung memeluknya kembali. Memeluknya
hangat dan erat membuat desiran dihatiku tidak mau berhenti ketika aku selalu menyentuhnya.
Ia membalas
pelukanku dan terisak. Kubiarkan ia membasahi bajuku untuk yang kedua kalinya
agar ia bisa lebih tenang.
“Saranghae,” Kata-kata itu terlontarkan
tanpa sengaja dari mulutku. Mungkin ini pengaruh aku tidak ingin dia menangisi
Sehun lebih jauh lagi.
Ia perlahan
melepaskan pelukanku lagi. Ia menatap intens dan penuh arti lalu tersenyum, “Na do,”
Aku langsung
tersenyum tulus dan memeluknya kembali. Bukan pelukan seperti tadi yang
mengartikan pelukan untuk memberikan ketenangan atau sekedar sahabat. Tetapi,
ini adalah pelukkan ras kasih sayang yang mendalam dari seorang namja kepada
yeojanya.
***
Esoknya, aku dan
Yooyeon hendak mengunjungi makam Sehun. Yap,
untuk memberitahu hubunganku dengannya. Yooyeon sekarang terlihat lebih cerah
seperti dulu. Aku tersenyum melihatnya yang sudah ceria kembali.
Tetapi
sebelumnya, aku dan Yooyeon pegi kesebuah toko bunga yang bernama, “December
Flowers”. Aku dan Yooyeon membeli sebuket bunga tulip yang berwarna pink dan
ungu. Menandakan campuran dari perasaan kami. Ingatkah tentang aku yang membawa
tulip berwarna ungu dan ia membawa tulip berwarna pink ketika kami secara tidak
sengaja bertemu lagi di makam Sehun?
Sesampainya
dimakam Sehun, aku dan Yooyeon langsung berdoa. Yooyeon menaruh buket bunga itu
lalu berbicara kepada Sehun.
“Sehun-ah, aku sekarang adalah yeojachingu-nya Baekkie,”
“Dan aku sekarang adalah namjachingu-nya
Yoonie,”
Aku dan Yooyeon tertawa lalu menatap makam Sehun intens. Tak lama
kemudian, angin lembut menerpa kami membuat kami melihat sosok seseorang yang
kami sayangi dan telah meninggalkan dunia ini.
“Chukkae, jangan pernah
sakiti satu sama lain.”
Kami langsung menatap sumber suara dan menangkap Sehun yang memakai
kemeja lengan panjang serta celana panjang berwarna putih membuatnya terlihat
tampan seperti biasanya. Ia terlihat berkharisma dengan kedua sayap besar yang
menghiasi punggungnya.
Aku dan Yooyeon tersenyum tulus lalu mengangguk pelan. Bayangan itu
ikut menghilang dengan angin semilir lembut yang kembali menerpa kami. Kami
hendak menuju café yang pernah kami kunjungi sebelumnya. Bedanya, disaat itu
kami masih belum ada hubungan apa-apa dan masih memanggil satu sama lain dengan
embel-embel ‘ssi’. Tetapi sekarang,
aku dan Yooyeon sudah menjalin sebuah hubungan pasangan. Aku menggengam erat
tangan kiri Yooyeon yang kecil dan mungil lalu berjalan bersama muju café itu
yang bernama “December Love”.
-END-
*lap keringet* Adaw, 4,675 words. Maaf ya kalau ada typo(s) dan EyD
yang rusak karena ini ff pertama. Please give me oxygen ~ ^^